AD (728x60)

Blog Archive

Flickr Photostream


All About Love And God Spot


Dynamic Drive

Agustus 10, 2009

Noordin di Mata Keluarga di Malaysia

Share & Comment
[Jawapos, Senin, 10 Agustus 2009]

Drama di Temanggung, Jateng, di Mata Keluarga Noordin di Malaysia


Rusdi Hamid Punya Firasat, Menantunya Masih Hidup

Keluarga dan kerabat Noordin M. Top yang tinggal di kompleks Pesantren Luqmanul Hakim, Johor, Malaysia, sudah mendengar berita kematian buron polisi Indonesia nomor wahid itu. Namun, mereka yakin Noordin masih hidup. Meski begitu, mereka juga siap menghadapi kemungkinan terburuk.

ZULHAM MUBARAK, Johor, Malaysia.

---

PRIA tua berjenggot itu tiba-tiba menghentikan kegiatannya. Dia meninggalkan tumpukan barang di dalam mobil yang diparkir di samping rumah, di Jalan Rabani, Kampung Sungai Tiram, Johor, Malaysia.

Pintu pagar halaman rumahnya langsung ditutup. Namun, dia menjawab salam meski dengan tatapan mata waswas. ''Maaf adik, saye tak ade masa lagi (Maaf saya tak punya waktu lagi, Red),'' kata Rusdi Hamid, pria itu.

Kakek 65 tahun itu adalah orang tua Siti Rohmah, istri Noordin M. Top. Dia mengaku sudah sering didatangi wartawan untuk mengorek keterangan perihal keberadaan menantunya. Tapi, karena berbagai alasan, dia tidak bisa berkata banyak tentang tudingan yang dibebankan kepada suami salah satu putrinya tersebut.

Ditemui di rumahnya kemarin, Rusdi mengaku sudah mendengar kabar tentang tewasnya Noordin di Temanggung, Jawa Tengah. Waktu itu petugas kepolisian Malaysia memberitahukan kemungkinan menantunya tewas di ujung peluru Densus 88.

Setelah itu dia memantau perkembangan lewat televisi Indonesia. Meski presenter tanpa ragu menyebut Noordin M. Top telah tewas, pria berambut putih itu belum percaya. Bahkan, dia yakin menantunya masih hidup. Mengapa? ''Firasat saja,'' katanya. ''Tentu, jika kabar itu benar, tak ada yang bisa saya sampaikan selain kecewa dan duka yang mendalam,'' lanjutnya dalam logat Melayu.

Raut kesedihan menggantung di wajahnya ketika dia berbicara tentang Noordin. Tema teroris telah membuat hidup keluarganya porak-poranda. Karena itu, Rusdi lebih memilih diam ketika ditanya seputar kehidupan Siti Rohmah setelah Noordin dikenal sebagai teroris.

Dia mengaku sudah kehabisan kata untuk menanggapi pertanyaan wartawan yang kerap mengganggu kehidupan pribadinya dan keluarga pesantren. ''Saya harus berangkat. Adik silakan berkeliling saja. Saya tidak bisa berkata-kata banyak,'' katanya.

Dia menuju mobil sedan cokelat yang penuh kardus putih dan plastik. Dia menghidupkan mesin, lalu meninggalkan halaman rumah. Rusdi tinggal di lingkungan Pesantren Luqmanul Hakim.

Tempatnya terpencil. Dari kota Johor jaraknya memang hanya 35 km lewat jalan arteri. Dari kota kecil Bukit Tiram ke pesantren di Sungai Tiram ditempuh lewat jalan kecil sekitar 20 menit. Di kiri-kanan jalan terdapat perkembunan kelapa sawit dan kilang-kilang minyak. Ketika malam, kendaraan umum semacam taksi tak berani masuk daerah itu.

Pesantren tersebut terdiri atas belasan bangunan yang berdiri di atas lahan seluas dua hektare. Sejak ditutup pemerintah Malaysia pada 2002, lembaga pendidikan Islam itu tampak kehilangan roh.

Temboknya lusuh, atapnya jebol, dan ilalang tumbuh liar menyelimuti halaman. Papan nama yang berfungsi sebagai identitas madrasah sudah diturunkan. Yang tersisa hanya kaligrafi bertuliskan Luqmanul Hakim dan tiga kata berukuran besar yang ditulis dengan tinta warna hijau; Beriman, Berilmu, Beramal.

Ada beberapa blok di kompleks pesantren itu. Satu blok ruang kuliah dua tingkat, satu gedung asrama putri dan putra yang terpisah, dan sekitar 15 rumah yang sedianya ditempati para ustad dan keluarganya.

Rumah Rusdi terletak di samping kiri pintu gerbang, menghadap ke timur. Tepat di belakang rumah itu berdiri musala. Di belakang musala berjajar kompleks perumahan ustad yang hingga kini masih didiami sekitar 20 kepala keluarga.

Melihat kehadiran orang asing, semua pintu dan jendela rumah segera ditutup rapat. Tak satu pun penghuni bersedia ditemui. Hanya belasan anak-anak yang berani menampakkan diri. Mereka bermain di sekitar lingkungan pesantren.

Namun, ketika hendak difoto, mereka langsung lari. Bahkan, ada yang berteriak histeris. Beberapa warga yang hendak beraktivitas pun menutupi wajahnya dengan cadar. Dengan tergesa mereka masuk mobil. Penghuni pesantren tersebut, tampaknya, memang menghindari kehadiran orang asing. Buktinya, di depan pintu gerbang bergantung papan warna biru bertuliskan: Private Property, No Trespassing (milik pribadi, dilarang melintas).

''Beginilah kami hidup, selalu under pressure. Banyak tekanan, baik dari pemerintah maupun media,'' kata pria yang mengaku bernama Izzul yang ditemui di musala. Dia dengan tegas menanyakan tujuan kedatangan wartawan ke pesantren itu.

Pria 55 tahun yang menolak menyebut nama lengkapnya itu mengakui, hampir semua warga kampung pesantren tertekan atas gencarnya pemberitaan tentang Noordin. Bahkan, kata dia, tak sedikit warga luar yang menyebut bahwa kampung Sungai Tiram itu sebagai kampung teroris. ''Ada juga yang bilang ini kampung JI (Jamaah Islamiyah) dan itu menyakitkan," ujarnya.

Berkembang wacana di kalangan anggota Jamaah Islamiyah, pesantren itu memang cukup masyhur dan disegani. Pesantren itu disebut-sebut sebagai markas penggodokan diri sebelum berjihad di Afghanistan. Memang, pesantren yang letaknya sekitar 35 kilometer dari Kota Johor Bahru ke arah ke timur laut itu semula disiapkan menjadi sarana pematangan para pelajar Islam di Malaysia.

Tak sedikit lulusan Luqmanul Hakim yang mendapat rekomendasi melanjutkan sekolah ke Timur Tengah sekaligus berjihad di Afghanistan dan memperdalam ilmu persenjataan perang.

Sejak ditutup pemerintah, nyaris tak ada aktivitas di Luqmanul Hakim. Pintu gerbangnya dirantai dan dikunci dengan gembok besar. Seluruh santri pun dianjurkan pulang dan segala aktivitas belajar mengajar dihentikan.

Kini keberadaan lembaga pendidikan itu seakan sudah tenggelam dan dilupakan. Namun, banyak yang menduga-duga bahwa para anggota Jamaah di Malaysia tidak benar-benar bubar, tapi hanya mati suri. Hanya, kini belum ada pemimpin yang merajut rantai komando Jamaah.

Namun, Izzul menegaskan, tak ada kegiatan lain di tempat itu selain jamaah salat dan pendidikan mengaji Alquran bagi putra-putri penghuni sendiri. ''Sudah berhenti semua. Tinggal pelajaran agama yang ada di sini,'' tegasnya. Dia ingat awal berdirinya pesantren itu pada 1992. Salah satu tokoh pendirinya adalah Ustad Abubakar Baasyir. Sejumlah nama terkenal pernah aktif dan menjadi tenaga pengajar. Mereka, antara lain, Mukhlas, Imam Samudra, dan Amrozi (trio bomber yang sudah dieksekusi), Ali Fauzi, Mohammad Rois bin Rusdi, Ali Imron, dan Noordin M. Top.

Pria berjenggot putih itu mengaku sulit mengingat wajah nama-nama yang terdaftar dalam most wanted FBI itu secara jelas. Tapi, dia ingat bahwa Noordin adalah pengajar komputer di pesantren tersebut. ''Tenaga pengajar komputer basic, bukan hacking,'' ujarnya menegaskan.

Sosok Noordin, lanjut dia, jauh dari kesan bengis dan berdarah dingin sebagaimana ditampilkan media selama ini. Noordin tak berbeda dengan orang kebanyakan, cenderung ramah, dan humoris. Karena itulah, Noordin dicintai murid-murid pesantren. ''Dia bisa menjelaskan sesuatu dengan gamblang dan tidak rumit sehingga mudah dipahami,'' katanya.

Lebih lanjut Izzul mengatakan, sejak kabar Noordin merebak, tempat tinggalnya seakan menjadi ikon terorisme. Selain wartawan asing yang sering berkunjung, ada intelijen. Bahkan, dia menduga ada tim dari FBI dan CIA yang memantau sekitar tempat tinggalnya. ''Kadang ada (mobil) Pajero berjalan pelan. Penumpangnya melihat-lihat dengan tatapan menyelidik,'' katanya. ''Kami juga kerap diwawancarai wartawan asing dan berjanji mengirimkan kisahnya via pos. Tapi, ternyata tak kunjung kami terima,'' sambungnya. Dia berharap kabar tentang Noordin bisa disajikan berimbang di semua media, terutama di Indonesia. (*/cfu)


Print this post

Sincerely,
Padhang Bulan

Tags:

Written by

We are the second largest blogger templates author, providing you the most excellent and splendid themes for blogger cms. Our themes are highly professional and seo Optimized.

0 komentar :

Posting Komentar

“Komentar yang bagus dan benar lebih baik dari sedekah yang menyinggung perasaan.”

 
@2015 | Designed by Templatezy | Redesigned by FlyCreator